Menelusuri Sungai Li di Guilin Guangxi
Jejak Petualang di Negeri Tirai Bambu

Author: Mustopa – Staff Manajemen PP. Tunas Cendekia

Terlahir disebuah kampung yang jauh dari peradaban dunia, jauh juga dari pendidikan modern seperti sekarang ini. Belum ada listrik, belum ada sistem transportasi, dan belum ada sistem komunikasi sehebat sekarang. Geli dan terkadang terkesan lucu teringat bermain dan sekolah masa kecil dulu. Bahkan sekolahpun tidak ada jendela dan tidak ada pintunya.

Permainan saat itu petak umpet, slodoran, slorokan di bukit dan mandi di kali sudah jadi rutinitas harian bagi anak-anak tahun 80-an. Sebuah desa yang kanan kirinya diairi Sungai Ciberes, ada bendungan air Surakatiga sungguh sangat eksotis bagi anak-anak untuk mandi bahkan mancing ikan gratis bisa membantu ibu menambah lauk untuk dimasak.

Cerita anak kampung yang biasa mandi di kali akhirnya bisa melewati masa-masa sulit bahkan bisa mengenyam pendidikan sampai ke kota pelajar Yogyakarta tahun 1990 juga dengan kultur dan karakter anak kampung yaitu jalan kaki dan menelusuri Sungai Gajah Wong.

Singkat cerita si bocah petualang mampu melewati program pasca sarjana di Solo, itupun dengan bercucuran air mata. Hingga tidak terasa si bocah petualang itu bisa mensejajarkan dirinya dengan masyarakat luas dari berbagai provinsi di tanah air untuk mendapatkan beasiswa Short Course tahun 2010 Kementerian Agama.

Pengalaman ini sudah 12 tahun yang lalu tepatnya bulan Oktober tahun 2010, saat itu penulis bersama rombongan sejumlah 40 orang dari Indonesia dan berbagai provinsi diberikan kesempatan berkunjung ke negeri China dalam rangka program beasiswa Short Course selama 10 hari. Tepatnya di Provinsi Guangxi China bagian selatan.

Dalam kegiatan tersebut rombongan mengnjungi 2 perguruan tinggi negeri, Guangxi University dan perguruan tinggi swasta disana yaitu Guangxi University For Nationality. Melihat lebih dekat tentang Kultur dan Budaya China Sistem Pendidikan yang diterapkan di China pada saat itu.

Dalam tulisan ini sengaja tidak akan membahas tentang Kultur dan Budaya China Sistem Pendidikan karena tulisan tentang ini sudah ditulis dalam buku Antologi. Tema yang sedang menarik hari ini adalah tentang keindahan sungai di luar negeri seperti Sungai Aare di Swiss yang sedang ramai diperbincangkan. Di sini penulis ingin menulis keindahan Sungai Li yang indah dan mempesona penuh sensasi dan membuat siapa saja ingin pergi kesana.

Di hari ke-9 Short Course agendanya adalah wisata di atas kapal pesiar menelusuri pesona keindahan Sungai Li yang memiliki nama lain yaitu Sungai Lijiang. Kanan kirinya terlihat pegunungan kapur yang indah dan romantis bagi wisatawan manca negara.

Sungai ini membujur sepanjang 437 kilometer dari pegunungan Mao’er di Xing’an ke arah selatan melalui Guilin, Yangshuo dan Pingle. Wisatawan dapat menyusuri sekitar 80 kilometer dari sungai ini untuk menikmati keindahan alamnya. Untuk menyusuri sungai Li bisa melalui pelabuhan Zhujian, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 60 menit dengan naik bus dari kota Guilin.

Ada dua alternatif transportasi yang bisa digunakan untuk menjelajahi Sungai Li. Pertama dengan menggunakan kapal besar dua lantai dengan dek terbuka berkapasitas sekitar 100 orang penumpang. Selain dari kabin kapal, penumpang juga bisa menikmati pemandangan di sekitar sungai Li dari atas atap kapal.

Kedua, wisatawan juga bisa menyusuri Sungai Li menggunakan perahu kecil yang disewakan para nelayan, kapasitasnya hanya 5 sampai 6 orang penumpang. Namun jarak tempuh perahu ini pendek, yakni sekitar 10 sampai 20 kilometer dengan tarif 5 sampai 10 Yuan China (Rp 10-20 ribu).

Perahu-perahu tersebut bisa berlabuh di pelabuhan kecil yang banyak tersebar di sepanjang sungai Li. Pelabuhan ini biasanya digunakan sebagai moda transportasi oleh penduduk lokal, sekaligus sebagai tempat wisatawan yang ingin singgah sejenak.

Sungai ini melewati banyak tempat wisata dengan pemandangan menarik. Sebagai contoh, Reed Flute Rock, gua batu kapur yang memiliki banyak stalaktit dan stalagmit raksasa serta Seven-star Park, taman nasional terbesar di wilayah ini. Kemudian, ada Mountain of Splendid Hues, pegunungan dengan banyak lapisan batu berwarna-warni.

Sepanjang perjalanan wisatawan akan disuguhi deretan perbukitan kapur. Di beberapa tempat deretan karst tersebut membentuk sebuah siluet saat sinar matahari beradu dengan kabut. Deretan perbukitan dan persawahan yang menghijau berpadu dengan butiran pasir serta air sungai yang tenang. Semburat cahaya matahari yang muncul dari balik perbukitan kian menambah suasana romantis saat menyusuri sungai Li. Perjalanan menyusuri sunga Li akan berakhir di Yangshuo, salah satu kota tua di Guilin.

Tak berlebihan jika seorang penyair dari Negeri Tirau Bambu itu, Han Yu menjadikan Sungai Li sebagai salah satu sumber inspirasinya.

“Hembusan angin sungai seperti pita sutra hijau, sementara bukit-bukit seperti jepit rambut giok,” tulis penyair yang hidup pada zaman dinasti Tang (768-824 Masehi) ini dalam salah satu syairnya.

Leave a Reply