Pondok Pesantren Tunas Cendekia di Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, melaksanakan Khotmil Qur’an dan Akhirussanah di halaman sekolah setempat pada Sabtu (18/6).
Pengasuh dan Ketua Yayasan Bhakti Miftahul Ilmi, Kyai Ulinuha, Lc., Dipl. mengatakan, para santri di Pondok Pesantren Tunas Cendekia belajar Al Qur’an dan telah menyelesaikannya dengan Metode Talaqi dan Tafsasi. Artinya, para santri membaca dengan mengikuti gurunya sesuai dengan thoriqoh Asyim an Hafiz.
Sekilas tentang Kyai Ulinuha, Lc., Dipl. beliau merupakan putra KH Ahmad Natsir. Kyai Ulinuha belajar langsung dari kakeknya KH Mukhtar di Pondok Pesantren PPIM Babakan Ciwaringin. Kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta. Lulus dari Yogyakarta beliau melanjutkan ke Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Dari sana melanjutkan ke Omdurman Islamic University di Sudan.
KH Mukhtar merupakan penggagas berdirinya Pesantren Tunas Cendekia, di mana pesantren ini terus dikembangkan oleh anak hingga cucunya.
“Harapan kami sebagai cucu, bisa meneruskan pesantren yang menjadi alternatif di antara pesantren-pesantren yang ada di Desa Babakan, Ciwaringin, Cirebon ini,” tutur Kyai Ulinuha kepada Radar Cirebon di tengah acara Khotmil Qur’an.
Kyai Ulinuha menambahkan, Pesantren Babakan Ciwaringin termasuk pesantren tertua se-Jawa Barat. Di Desa Babakan ini, katanya, kurang lebih ada sekitar 90 pesantren. “Karena Babakan dikenal dengan perkampungan pesantren,” ujarnya.
Hadirnya Pesantren Tunas Cendekia menjadi alternatif pesantren bagi para orang tua yang ingin menitipkan putra dan putrinya. Pesantren Tunas Cendekia merupakan perpaduan pesantren modern dan salaf. Modern secara pengelolaan, salaf secara akademik.
“Di pesantren ini kami berusaha mewujudkan pesantren yang sangat bersih, nyaman, rapih dan fasilitas yang representatif,” pungkas Kyai Ulinuha.