Author: Mustofa – Staff Manajemen Tunas Cendekia
Ramadlan hari ke-12 ini teringat pada riwayat yang mengharukan sebuah kisah yang menggetarkan jiwa yaitu cerita meninggalnya Siti Khadijah r.a. istri tercinta Rasulullah SAW. Diterangkan dalam Kitab Al-Busyro Fi Manaqibi Sayyidati Khadijah Al-Kubra karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasan. Sayyidah Khadijah wafat pada 11 ramadlan tahun ke-10 Kenabiayan.
Sebelum meninggal Siti Khodijah menyampaikan permintaan terakhirnya. “Ya Rasulullah Aku memohonmaaf kepadamu, jika selama menjadi isterimu aku belum berbhakti kepadamu” kata Siti Khodijah kepada Rasulullah.
Mendengar perkataan sang isteri tercinta, Rasulullah SAW menjawab: “Jauh dari itu wahai sayangku Khadijah, engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya”. Kepada Rasulullah Siti Khadijah kemudian mengatakan bahwa dia sudah tidak punya apa-apa lagi untuk mendukung untuk mendukung perjuangan Islam. Seluruh hartanya telah habis sementara perjuangan rasulullah SAW belumlah selesai.
“Wahai Rasulullah SAW, seandainya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai. Sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai, namun engkau tidakmemperoleh rakit atau jembatan, maka galilah lubang kuburku jadikanlah sebagai jembatan untuk kau seberangi sungai itu supaya engkau bisa melanjutkan perjuangan dakwahmu” kata Siti Khadijah. Buku, ‘The Perfect Istri Salehah karya Tim Happy Wife Happy Life.
Ucapan Siti Khadijah itu kian membuat hati Rasulullah SAW bersedih. Siti Khadijah kemudian memanggil puterinya Siti Fatimah Zahra. Siti Khadijah memnta Fatimah agar memintakan sorban Rasulullah untuk dijadikan kain kafan. Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: “Mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”.
Padahal, kata Rasulullah SAW, Siti Khadijah telah mengorbankan semua hartanya untuk perjuangan syiar Islam. Semua umat Islam waktu itu ikut menikmati, bahkan semua pakaian kaum muslim ketika itu kebanyakan dari Siti Khadijah. Karena saat itu Siti Khadijah salah satu orang terkaya di kota Makah, disebutkan dua pertiga kekayaan kota Makah adalah milik Khadijah. Namun, justeru di akhir hayatnya Siti Khadijah tidak memiliki harta sedikitpun, baju yang dia kenakan penuh tambalan.
Mendengar itu, Rasulullah berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga” lalu Ummul Mu’minin Siti Khadijah pun menghembuskan nafas terakhir di pangkuan suami tercinta Rasulullah SAW. Siti Khodijah di dekap erat dengan perasaan pilu, sedih yang teramat sangat. Air mata Rasulullah menetes deras, orang-orang di sekitar pun ikut menangis tak tertahankan. Saat itu Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa 5 kain kafan, Rasulullah menjawab salam kemudian bertanya, “Untuk siapa sajakah kain itu wahai Jibril?”.
“Kafan ini untuk Khadijah, Engkau Ya Rasulallah, untuk Fatimah, untuk Ali dan Hasan”. Rasulullah SAW bertanya, “Kenapa Ya Jibril?”. Dengan terbata-bata Jibril menjawab, “Cucumu yang satu, Husein tidak memiliki kain kafan, dia akan dibantai dan tergeletak tanpa kafan dan tidak dimandikan” sahut Jibril.
Dari kisah ini Sayyidah Khadijah telah memberi suri tauladan kepada kita, pelajaran hikmah yang sangat besar yaitu mengorbankan segala harta miliknya untuk syiar dakwah agama membantu Kanjeng Rasulullah Muhammad SAW.
Wallohu a’lam